
Sejarah Curug Dago
Curug Dago, yang terletak di Bandung, Jawa Barat, pertama kali dikenal sebagai tempat wisata pada awal abad ke-20, sekitar masa kolonial Belanda. Namun, keberadaannya sebenarnya telah lama diketahui, jauh sebelum dikenal secara luas sebagai objek wisata. Curug ini memiliki sejarah penting, terutama karena pada abad ke-19 pernah dikunjungi oleh raja-raja dari Kerajaan Thailand, Raja Chulalongkorn (Rama V) dan Raja Prajadhipok (Rama VII). Bukti sejarah kunjungan mereka adalah prasasti di sekitar curug yang ditulis dalam bahasa Thailand. Baru pada masa kolonial, dengan semakin berkembangnya Bandung sebagai kota modern dan adanya jalur transportasi yang lebih baik, Curug Dago mulai dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun asing. Seiring dengan perkembangan infrastruktur dan promosi wisata, Curug Dago kemudian semakin dikenal luas sebagai salah satu destinasi alam di Bandung.
Batu Prasasti terukir di atas batu, menggunakan aksara Thailand, yang memperingati kunjungan mereka ke tempat itu. Meski ukurannya kecil dan terletak di kawasan yang tersembunyi, prasasti ini memiliki nilai histori yang tinggi, menggambarkan hubungan baik antara Thailand dan Hindia Belanda pada masa itu. Kini, Prasasti Curug Dago menjadi salah satu objek wisata sejarah yang unik di Bandung, yang mengundang minat para wisatawan dan peneliti sejarah untuk menyaksikan bukti kedekatan budaya antara dua negara di Asia Tenggara ini.
Monumen ini berbentuk sederhana, dengan panel kaca yang mengabadikan informasi mengenai prasasti bersejarah di Curug Dago. Panel tersebut mencantumkan terjemahan dari tulisan asli pada prasasti batu, yang ditulis dalam aksara Thailand, menandai kedatangan kedua raja tersebut. Monumen Kaca ini bertujuan untuk melestarikan dan memudahkan akses publik terhadap sejarah panjang hubungan diplomatik dan budaya antara Thailand dan Indonesia. Letaknya di area wisata alam Curug Dago menjadikan monumen ini tidak hanya sebagai penanda sejarah, tetapi juga bagian dari destinasi wisata yang menyatukan keindahan alam dengan warisan budaya. Bagi para wisatawan dan sejarawan, Monumen Kaca Curug Dago adalah pengingat akan pentingnya persahabatan antarbangsa yang telah terjalin sejak lama.
Air terjun bersejarah yang terletak di kawasan Dago, Bandung, Jawa Barat, dan memiliki nilai sejarah serta daya tarik alam yang memikat. Curug ini terbentuk dari aliran Sungai Cikapundung yang mengalir deras di antara tebing-tebing batu yang tinggi, menciptakan suasana sejuk dan asri di sekitarnya. Tingginya kurang lebih 12 meter dan airnya deras sepanjang masa. Mengorosi membentuk celah sempit menjadi jalan aliran sungai. Terbentuklah air terjun yang membentuk lingkar tapal kuda terbuka ke arah selatan. Pada dinding tegaknya terlihat perselingan aliran lava, breksi, piroklastik hasil endapan letusan Gunung Tangkubanparahu di masa lalu.
Rumah Sejarah Dago adalah bangunan bersejarah yang terletak di kawasan Dago, Bandung, Jawa Barat. Rumah ini memiliki nilai sejarah tinggi karena merupakan salah satu saksi bisu dari perjalanan Bandung sebagai pusat interaksi sosial dan budaya di masa kolonial Belanda. Dengan arsitektur khas kolonial, Rumah Sejarah Dago menggambarkan gaya bangunan klasik Eropa yang disesuaikan dengan lingkungan tropis Indonesia, seperti jendela-jendela besar dan teras luas yang memungkinkan sirkulasi udara yang baik. Rumah ini dulu difungsikan sebagai tempat peristirahatan bagi pejabat Belanda yang berkunjung ke Bandung dan sekitarnya, yang kala itu dikenal dengan iklim sejuk dan pemandangan alamnya yang indah. Bangunan ini juga menjadi tempat berkumpulnya para tokoh masyarakat dan intelektual pada masa itu, menjadikannya saksi perkembangan budaya dan politik di Bandung..